SELAMAT DATANG

S E L A M A T D A T A N G

Pencarian

PERKENALKAN

Jogjakarta, D.I.Y, Indonesia
banyak orang berhasil karena iseng-iseng karena iseng-iseng itu merupakan hal terkecil dan dari hal terkecil itu tumbuh menjadi hal terbesar

Senin, 04 Juli 2011

burung puyuh

Dari sejak menetas, burung puyuh perlu waktu 35 hari saja untuk bertelur kembali.  Untuk penetasan, telur burung puyuh yang fertil (sudah dibuahi oleh pejantan) perlu waktu 15-17 hari saja di inkubator.  Saya lebih suka jadi tukang tetas saja.  Saya buat mesin tetas sendiri.  Caranya mudah sekali, buat kotak dari triplek, taruh lampu lima watt beberapa buah (tergantung ukuran kotak), kemudian sambungkan ke termostat.  Termostat adalah alat untuk mengatur suhu udara.  Kalau suhu sudah 38 drajat celsius, maka lampu akan mati secara otomatis.  Kalau tidak pakai termostat, suhu akan memanas dan anak burung akan mati atau menetas dalam keadaan cacat.
Sebelum meletakkan telur tetas di mesin penetas, pastikan dulu bahwa telur itu memang untuk ditetaskan bukan telur untk dikonsumsi.  Peternak puyuh memproduksi telurnya 2 jenis.  Yaitu jenis telur yang untuk di konsumsi dan telur yang untuk ditetaskan.
Telur yang untuk dikonsumsi tidak perlu ada pejantannya.  Atau, kalaupun ada cuma satu pejantan untuk melayani 50 ekor betina.  Itu sebabnya telur konsumsi akan tahan lama (15 hari), tidak akan busuk. Kalau disimpan di kulkas akan tahan sebulan lebih.
Telur yang akan ditetaskan diambil dari betina puyuh yang memang sudah dicampur dengan jantan.  Lima puyuh betina akan dicampur dengan seekor pejantan.  Pejantannya harus dari  pejantan yang tangguh.  Sebab akan mempengaruhi kesehatan telur dan produktivitas burung puyuh.
Telur yang akan ditetaskan harus cepat2 dimasukkan ke dalam inkubator (mesin tetas), sebab dalam 3 hari saja telur akan busuk.  Itu bedanya telur untuk ditetaskan dengan telur yang untuk dikonsumsi.
Saya punya 4 inkubator yang masing2 kapasitasnya 700-1000 butir telur puyuh.  Dalam sehari telur itu harus dibolak balik sebanyak 3 kali.  Dibawah rak telur juga diletakkan baki yang diisi air untuk menjaga kelembaban udara.
Kalau telur sudah mulai menetas, waah…ramainya minta ampun.  Kadang telur2 itu menetas jam 2 pagi. Bunyi ciap2 anak burung puyuh membuat saya terbangun dari tidur.  Karena senang, saya tidak merasa capek.  Apalagi alat itu alat buatan saya sendiri.  Tuhan Maha Kuasa, dia ciptakan mahluk hidup dari yang mati.  Bukankah lima belas hari yang lalu telur2 itu tidak dapat bergerak dan tidak dapat bersuara.  Tetapi dengan perlakuan tertentu telur2 itu sudah menjadi mahluk hidup yang mungil.
Burung puyuh yang betina dipisahkan dari burung puyuh yang jantan.  Yang betina akan dipaksa menjadi mesin pencetak telur.  Sedangkan yang jantan akan dijadikan mesin pencetak daging.  Jadiu ada puyuh petelur dan ada juga puyuh pedaging.  Betina yang sudah tidak produktif juga akan dipotong penjadi pedaging.  Biasanya umur setahun betina sudah mulai turun produktivitasnya.
Dari usaha ternak puyuh ada yang spesialis menjadi peternak penetas telur, ada yang memilih menjadi peternak petelur atau pedaging atau kesemuanya.  Tergantung keadaan dan kemampuan si peternak.  Saya lebih suka jadi penetas saja.  Telur puyuh saya beli seharga Rp 200,- dalam 15 hari anak puyuh itu sudah menjadi Rp 2000,; saat itu tahun 1997.  Kalau sekarang mungkin sudah tidak dapat lagi.  Sebab harga telur konsumsi saja sekarang Rp 350,; padahal dulu cuma 100 rupiah saja.

2 komentar: